Identitas
: Autobiografi Dunia Tanpa Sekolah
Judul
buku : Dunia Tanpa Sekolah
Penulis
: Muhammad Izza Ahzin
Editor
: Mahfud, An
Setting
: Peka Offset
Penerbit
: INFA Smart
Tahun
terbit : Cetakan I, Januari 2009
Tempat
terbit : Salatiga
Tebal
halaman : 208 halaman sudah termasuk tentang penulis
ISBN
: 978 – 979 – 18766 – 0 – 5
Dunia
Tanpa Sekolah
Oleh : Maulana Alif Asy-Syahrani
Buku
Dunia Tanpa Sekolah adalah sebuah autobiografi, seri kedua dari trilogi Write,
Read, and Imagine (WR&I) yang ditulis oleh seorang remaja berusia 15 tahun
kala itu, bernama Muhammad Izza Ahzin. Ditulisnya trilogi ini dimaksudkan
sebagai sarana menuangkan isi pikiran penulis mengenai sekolah di Indonesia.
Penulis berpendapat bahwa sekolah-yang dalam konteks ini merupakan sistem
pendidikan formal pada umumnya di negara ini-malah memenjarakan kreatifitas
anak. Penulis mengacu pada sistem mengajar dan belajar yang hanya membentuk
anak dari sisi akademis tetapi tidak dari sisi moral. Dalam hal ini, siswa yang
saat ini bersekolah di sekolah umum sedang dididik untuk menjadi robot yang
tidak berakhlak. Selain itu, penulis juga berpendapat bahwa pelajaran-pelajaran
di sekolah umum tidak semuanya terlalu berperan dalam kehidupan dan karir
seseorang. Pemikiran-pemikiran dan sudut pandang mengenai sekolah umum yang out of the box mendorongnya untuk
melakukan tindakan yang mungkin dapat dikatakan tidak lazim. Keluar sekolah!
Dalam
buku ini, penulis menceritakan keseharian yang ia lakukan selama proses
pembuatan seri trilogi WR&I yang pertama. Cemoohan, cibiran, pandangan
negatif, dan sebagainya menjadi makanan
sehari-sehari penulis setelah lingkungan sudah mengetahui bahwa beberapa
bulan yang lalu ia keluar dari sekolah. Penulisan buku yang pertama itu
merupakan sarana pelampiasan penulis karena menurutnya dapat memberikan
ketenangan sekaligus nantinya apabila diterbitkan dapat memberi tahu khalayak
luas mengenai cara pandangnya.
Di
bab pertama, penulis menuliskan perasaan, pendapat, dan sikap yang diambilnya
mengenai lingkungan sekitar dan bahkan keluarga yang sudah mengetahui bahwa
sang penulis keluar dari sekolah. Dituliskan oleh penulis bahwa lingkungan
menilai negatif apa yang dilakukannya. Karena itu, keluarga dan orang-orang
dekat sang penulis memperlakukan penulis secara beda. Bahkan ada juga yang
menyindir dan mencemooh, terutama nenek dari penulis. Sang penulis pun tidak
terima dengan perlakuan lingkungan terhadapnya dan memberikan contoh-dalam buku
ini-orang-orang terkenal dan sukses yang mengambil jalan seperti dirinya.
Di
bab selanjutnya, diceritakan masa upaya mengangkat citra penulis yang rata-rata
masih buruk di pandangan khalayak umum melalui berita oleh majalah lokal
Cempaka dan Academia. Penulis mengutarakan pendapatnya mengenai latar belakang
dan persoalan hidup masing-masing orang yang berbeda. Dalam kasusnya sendiri
yang merupakan seorang remaja berumur 15 tahun, ia harus menghadapi perbedaan
persoalan pribadi dengan remaja sebayanya. Jika pada umumnya remaja pada hari
itu tengah menghadapi ujian nasional, penulis malah sedang merenungi apa yang
terjadi pada dirinya di masa lalu, sekarang, dan yang akan terjadi dengan
keputusannya keluar dari sekolah.
Lalu,
di bab yang ketiga, diceritakan pada awal bulan Juni 2006, keluarga penulis
yang berada di Jogja diberi cobaan dengan diguncangnya Jogja dengan gempa yang
dahsyat (5,9 skala richter dan menelan lebih dari 6000 korban jiwa) sehingga
harus mengungsi ke Salatiga. Saat penulis mengunjungi keluarganya yang dari
Jogja di tempat mereka menginap, karena sudah tahu kondisi penulis serta sudah membaca
artikel di majalah Cempaka dan Academia, keluarga penulis mengutarakan
pendapatnya kepada penulis. Pendapat keluarga dari Jogja berupa pendapat yang
positif dan membangun kepada penulis. Selain menyatakan pendapat, mereka juga
berbincang-bincang mengenai tokoh-tokoh (khususnya dalam dunia penulisan) yang
keluar sekolah namun sukses dalam berkarir. Inti dari perbincangan mereka
adalah penting tidaknya bersekolah formal dan ijazah dalam karir dan kehidupan
seseorang. Di sini wawasan penulis mengenai biografi banyak tokoh ditunjukan.
Karya
apapun termasuk karya tulis pasti membutuhkan revisi-revisi agar menjadi suatu
karya yang baik dan sempurna. Hal ini menjadi persoalan yang harus dihadapi
penulis pada bab empat, saat ia membaca ulang draft WR&I 1. Sempat merasa
frustasi, penulis lalu sadar bahwa karyanya itu memang membutuhkan ketelitian
dan kesabaran agar menjadi buku kisah nyata yang baik. Ini didapatnya dari quote tokoh-tokoh terkenal seperti J.K.
Rowling, Javier Cercas, Socrates, sampai nabi Muhammad, serta buku-buku yang
menjadi makanan otak penulis seperti Acelereted Learning. Di masa ini ibunya
juga memberi dorongan moral agar penulis tidak usah tergesa-gesa dalam
penulisannya. Hal yang menjadi masalah utama dalam revisi ini adalah jadwal
penulis yang sedikit berubah dengan adanya event
empat tahunan, Piala Dunia Sepakbola.
Di
atas merupakan ringkasan dari empat bab pertama. Di dalam buku ini juga
dituliskan oleh penulis mengenai bagaimana ia harus menghadapi gejolak masa
mudanya. Sebagai contoh, pada saat penulis dicerca oleh neneknya mengenai masa
depan, keseharian, dan orang tua, penulis terbawa emosinya lalu mengamuk
sendiri di dapur. Bahkan penulis sampai bersumpah serapah akan memarahi
neneknya itu. Lalu, juga saat penulis mendapat tanggapan berupa kritikan pedas
dari suatu komunitas menulis-yang lumayan terkemuka-atas draft WR&I 1. Lalu
juga ada kisah perjuangan merintis percetakan keluarga. Awal mula dirintisnya
percetakan keluarga tersebut adalah saat menjelang akhir bulan Agustus 2006, di
mana penulis telah selesai merevisi WR&I bagian pertama sehingga menjadi
draft yang sudah siap cetak. Tiba-tiba muncul tawaran dari pakde penulis untuk membuat percetekan keluarga.
Adapun
unsur-unsur intrinsik pada buku ini. Yang pertama, buku ini memiliki alur maju
karena penulis menuliskan peristiwa demi peristiwa yang ia alami secara
kronologis. Lalu, sudut pandang yang dipakai dalam penulisan buku ini bersifat
sudut pandang orang pertama atau first
person prespective karena buku ini merupakan sebuah autobiografi. Kemudian,
peristiwa-peristiwa dalam kisah penulis mengambil waktu dari bulan Maret sampai
bulan November 2006, waktu proses pengerjaan WR&I seri pertama. Yang
terakhir, gaya bahasa yang digunakan penulis adalah bahasa sehari-hari yang
informal agar mudah dimengerti sehingga pesan penulis kepada pembaca
tersampaikan dengan mudah.
Terdapat
beberapa kelebihan dari segi isi. Yang pertama, buku ditulis menggunakan bahasa
yang mudah dipahami walaupun isi atau materi buku yang lumayan berat bagi
remaja. Kemudian, pengalaman penulis yang sangat membuka mata kalangan pelajar
dan orang tua didik khususnya tentang sistem pendidikan formal di Indonesia
dari sudut pandang yang tidak ordinary,
beda dari yang lain. Lalu, pendapat penulis mengenai berbagai hal yang ditulis
dalam buku ini didukung oleh referensi-referensi ilmiah dan terpercaya. Selain
itu, penjabaran peristiwa yang cukup mendetail-mulai dari waktu, tempat, dan
detail lainnya-menambah rasa puas pembaca terhadap informasi yang disuguhkan
buku ini.
Selain
kelebihan, terdapat juga kekurangan dari buku ini baik dari segi isi maupun
teknis. Dari segi isi, walaupun sudah ada referensi-referensi yang mendukung
pendapat penulis, akan tetapi masih terdapat beberapa pendapat yang bersifat
subyektif. Contohnya, saat penulis menuliskan pendapatnya mengenai suatu forum
yang dimintai tanggapan mengenai
bukunya. Pendapat tersebut terkesan kurang bijaksana apabila dituliskan di
buku, sehingga pembaca terasa hanya membaca pelampiasan emosi dan isi hati
penulis. Sedangkan dari segi teknis, penempatan note atau catatan yang berada di akhir setiap bab membuat pembaca
kesulitan harus membolak-balik halaman yang sedang dibaca dan halaman catatan
tersebut. Lebih baik catatan berada di bagian bawah halaman (footer) di mana terdapat kalimat atau
kata yang memperlukan catatan.
Walaupun
dengan kekurangan yang lebih banyak dari pada kelebihannya, buku ini tetap
layak dibaca karena memberikan inspirasi dan cara pandang yang baru mengenai
pendidikan dan kehidupan. Bagi remaja yang sedang kesulitan mencari jati
dirinya akan sangat terbantu oleh pengalaman-pengalaman penulis yang disuguhkan
dan dikemas di dalam buku ini. Kepada orang tua yang memiliki anak seorang
remaja juga patut membaca buku ini, karena para orang tua akan lebih paham
bagaimana cara menghadapi seorang remaja melalui pembelajaran dari sisi
psikologi.