Gangguan dan Kelainan pada
Sistem Gerak Manusia
(Sistem Rangka dan Sistem
Otot)
Sepanjang hidupnya makhluk hidup terus melakukan
aktivitas, baik aktivitas internal (dalam tubuh) maupun eksternal (luar tubuh),
demi keberlangsungan hidupnya. Aktivitas tersebut dapat berlangsung atas adanya
sistem-sistem yang bekerja pada tubuh makhluk hidup. Tubuh manusia, yang
tergolong dalam kingdom Animalia, dianugerahi ‘alat’ yang dapat membantu dalam
pergerakan atau aktivitas aktif. Alat yang dimaksudkan antara lain sistem
rangka dan sistem otot.
Seperti
yang telah kita ketahui, sistem merupakan gabungan dari beberapa organ yang
memiliki fungsi berbeda tetapi tetap dalam satu tujuan. Fungsi sistem rangka
dan sistem otot antara lain adalah bertanggup jawab atas pergerakan aktif
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sistem rangka sendiri, sesuai namanya,
berperan sebagai rangka atau alat gerak pasif. Sistem rangka tidak dapat
bergerak sendiri, maka dari itu disebut alat gerak pasif. Sistem ini terdiri
dari tulang-tulang yang dihubungkan dengan artikulasi atau persendian.
Kemudian,
sistem yang berfungsi untuk menggerakkan sistem rangka tadi adalah sistem otot.
Kalau tadi sistem tulang merupakan alat gerak pasif, sistem otot adalah
kebalikannya yaitu sistem gerak aktif. Sistem otot terdiri dari
jaringan-jaringan otot. Setiap jaringan memiliki fungsinya masing-masing dalam
aktivitas tubuh. Sebagai contoh, jaringan otot rangka atau lurik berperan dalam
pergerakan yang dikehendaki oleh pikiran, seperti berjalan, mengangkat tangan,
dsb.; jaringan otot polos berfungsi dalam aktivitas internal organ dalam tubuh,
seperti aktivitas usus, gerakan peristaltik pada kerongkongan, dsb.; dan
jaringan otot jantung yang khusus hanya terdapat di jantung.
Kalau
kita analogikan, dalam fungsi gerak kedua sistem di atas bekerja layaknya roda
dan motor penggerak pada kendaraan. Sistem rangka yang sebagai alat untuk
bergerak digerakkan oleh penggerak yaitu otot sebagai motornya. Kedau sistem
tersebut dihubungkan dengan jaringan ikat yang disebut tendon. Kedua sistem
tersebut dapat bergerak apabila keduanya bekerja bersama-sama dalam fungsi
gerak. Apabila salah satu tidak bekerja dengan normal, maka dapat dipastikan
kegagalan terjadi pada fungsi tersebut.
Gangguan
maupun kelainan pada kedua sistem tersebut antara lain:
1.
Pada
sistem rangka
a)
Akibat
dari kecelakaan
1)
Fraktura
(patah tulang)
Terputusnya
kelanjutan pada suatu tulang tertentu (biasanya pada tulang pipa). Fraktura
dapat dibedakan menjadi dua jenis. Patah tulang tertutup apabila patahan
tulang tidak sampai menyobek kulit dan patah tulang terbuka apabila
tulang menyobek otot dan kulit sampai mencuat keluar.
2)
Fisura
(retak tulang)
Retak
tulang terjadi karena terdapat keretakan pada tulang akibat suatu insiden. Tulang
retak masih dapat disambung kembali. Bibir sumbing merupakan contoh tulang
retak pada tulang rahang atas
3)
Dislokasi
sendi (urai sendi)
Urai sendi
diakibatkan pergeseran sendi yang keluar dari lokasi awalnya. Akibatnya selaput
pada sendi sobek. Penyembuhan sendi yang ‘mlengse’
dapat dengan dipijat (biasanya oleh psioterapis) atau jika sudah terlalu parah
dapat dilakukan operasi.
b)
Akibat
penyakit
1)
Osteoporosis
Osteoporosis
atau tulang keropos terjadi akibat kurangnya asupan zat kapur (kalsium) di
dalam tulang, kebiasaan merokok, mengkonsumsi narkoba. Akibatnya, tulang
menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis rentan dialami oleh kaum lanjut
usia khususnya wanita.
2)
Rakhitis
Rakhitis
merupakan pembengkokan tulang pada kaki yang menyerupai huruf X atau O karena
tidak dapat menahan beban tubuh. Penyakit ini timbul karena kekurangan asupan
vitamin D, untuk membantu penyerapan kalsium, serta paparan sinar matahari yang
mengolah provitamin D menjadi vitamin D. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan
tulang terhambat.
3)
Nekrosis
Nekrosis
adalah kematian dan mengeringnya sel-sel tulang karena selaput tulang
(periosteum) rusak. Periosteum berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi tulang.
c)
Akibat
infeksi
1)
Artritis
Artritis
adalah sebutan bagi radang yang terjadi pada sendi. Radang pada sendi
menimbulkan rasa sakit apabila sendi yang bersangkutan digerakkan. Penyebab
radang pada sendi ada dua. Yang pertama karena adanya kuman (bakteri) yang
menimbulkan getah pada bagian dalam sendi, yang disebut artritis eksudatif.
Yang kedua, artritis sika yang disebabkan oleh keringnya rongga sendi
karena kurangnya minyak pelumas sendi yang disebut minyak sinovial.
2)
Layuh
semu
Layuh semu
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri sifilis (Treponema pallidum) sejak dalam kandungan.
Bakteri ditularkan melalui ibu bayi yang mengidap penyakit kelamin ini. Infeksi
tersebut menyebabkan cakra epifisis pada tulang rusak. Akibatnya tulang penderita
menjadi layuh (lumpuh).
3)
Polio
Polio
menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan. Karena tidak dapat digerakkan,
tulang akan berangsur-angsur mengecil. Penyebabnya adalah karena infeksi virus
polio (Poliovirus). Untuk mencegah
infeksi virus ini biasanya dilakukan imunisasi polio pada bayi secara oral
(mulut).
4)
Tuberkulosis
tulang (TBC tulang)
Selain
menginfeksi paru-paru, bakteri yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis juga dapat menginfeksi tulang. Tulang
yang terinfeksi biasanya adalah bagian tulang belakang tempat melekatnya tulang
iga (toraks) ke bawah. Penyakit ini juga biasa dikenal dengan sebutan penyakit
Pott. Infeksi ini dapat menyebabkan matinya jaringan sendi dan juga kerusakan
pada tulang.
5)
Kanker
tulang
Kanker pada
tulang tidak terjadi sesering kanker pada anggota tubuh yang lain. Seperti
kanker pada umumnya, kanker tulang dimulai dari tumor (jaringan yang selnya
membelah secara liar) yang tidak terlalu ganas. Lama kelamaan tumor tersebut
akan menjadi semakin ganas dan timbul bengkak pada tulang yang terkena. Kanker
tersebut dapat merusak jaringan tulang yang normal.
d)
Akibat
kebiasaan
1)
Kifosis (Kyphosis)
Kifosis
adalah kelainan pada tulang belakang karena kebiasaan-kebiasaan yang
mengakibatkan bentuk tulang belakang melengkung ke belakang. Contoh kebiasaan
yang dapat menyebabkan kifosis antara lain adalah kebiasaan duduk yang terlalu
membungkuk, posisi membaca yang terlalu membukuk, dan lain-lain.
2)
Lordosis
Lordosis
adalah kebalikan dari kifosis. Apabila kifosis adalah kelainan karena tulang
yang melengkung ke belakang, maka lordosis adalah melengkungnya tulang ke arah
sebaliknya, ke arah depan.
3)
Skoliosis
(Scoliosis)
Skoliosis
adalah kelainan pada tulang belakang yang bengkok ke samping kiri atau samping
kanan. Penyebabnya adalah kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan tulang belakang
meliuk-liuk dengan postur yang tidak baik. Selain itu, mengangkat beban yang
berlebih dan tidak diseimbangkan dengan anggota badan kanan dan kiri.
2.
Pada
sistem otot
a)
Akibat
dari kecelakaan
1)
Kram/Strain (Spasme)
Kram otot
biasa terjadi pada otot yang overwork.
Maksudnya adalah otot bekerja terlalu berat hingga otot mengalami kontraksi
berlebih. Selain itu, otot yang berkontraksi dengan tiba-tiba tanpa melakukan
pemanasan terlebih dahulu. Keseimbangan ion dengan air dalam tubuh serta cuaca
yang dingin juga dapat menjadi faktornya. Penanganan untuk kram antara lain
dengan melakukan RICE (Rest, Ice,
Compression, and Elevation) serta meminum larutan garam atau yang
mengandung ion (minuman isotonik).
2)
Terkilir
Terkilir
terjadi saat otot bergerak diluar gerakan yang dapat dilakukan atau pergerakan
antagonis. Terkilir menyebabkan gerakan menjadi kacau. Biasanya terkilir
diikuti oleh dislokasi tulang. Contohnya pada cedera ankle/pergelangan kaki yang biasa diderita atlet.
3)
Sakit
Pinggang
Sakit
pinggang sering disebabkan karena otot-otot dan ligamen (jaringan ikat antar
persendian) di sekitar pinggang meregang. Terjadinya peregangan otot biasanya
terjadi akibat mengangkat beban yang terlalu berat, kehamilan atau obesitas.
Namun terdapat juga sakit pinggang yang disebabkan oleh penyakit alat dalam di
bagian sekitar pinggang, terdapat perubahan kedudukan tulang pinggang, fraktura
atau infeksi tumor pada tulang belakang bagian pinggang serta tulang kelangkang.
4)
Kaku
leher
Kaku leher
disebabkan oleh peradangan otot leher karena hentakan yang tiba-tiba atau
gerakan yang diluar kemampuan otot leher serta kurangnya pemanasan. Apabila
sudah terjadi peradangan, leher akan terasa sakit dan kaku apabila digerakkan.
b)
Akibat
infeksi
1)
Polio
Tidak hanya
pada tulang, virus polio juga dapat menjangkiti jaringan otot. Ciri-cirinya
hampir sama dengan polio pada tulang, yaitu mengecilnya organ tubuh yang
dijangkiti. Pencegahannya-pun juga sama, yaitu imunisasi sebagai sarana
pemberian vaksin polio (yang dikembangbiakan pada hati monyet).
2)
Tetanus
Tetanus
merupakan akibat dari infeksi bakteri Clostridium
tetani yang berbentuk basil (batang). Biasanya bakteri ini masuk melalui
luka luar seperti luka gores. Bakteri tersebut akan mengeluarkan zat yang
menjadi racun bagi jaringan saraf. Otot yang terinfeksi mengalami kontraksi
atau menegang secara terus menerus. Terdapat vaksin tetanus untuk merangkasang
sistem imun tubuh terhadap bakteri tersebut.
c)
Akibat
komplikasi internal tubuh
1)
Hernia
abdominalis
Hernia
abdominalis adalah kelainan otot yang mengenai otot perut. Dimana dinding otot
perut mengalami kelemahan sehingga perut tampak menonjol. Hal ini disebabkan
karena dinding perut tidak kuat menahan isi perut sehingga sobek. Usus yang
semula tertahan oleh otot usus turun ke bawah dan masuk ke dalam rongga perut.
2)
Serebral
palsi
Serebral
palsi merupakan kelainan otot karena tidak mampunya otot untuk melakukan
gerakan atau keterampilan motorik. Serebral palsi biasa terjadi karena bawaan.
Hal ini dikarenakan adanya kelainan pada otak. Diduga kelainan terjadi saat
bayi masih dalam kandungan dan terjadi gangguan pada proses perkembangan. Namun
penyebab pastinya masih belum diketahui. Terapi untuk kelainan ini adalah berupa
terapi gelombang otak dan pembedahan, namun hal ini masih sangat jarang.
3)
Fibromyalgia
Fibromyalgia
merupakan kelainan otot berupa rasa nyeri diseluruh tubuh. Penyakit ini dapat
menyerang segala usia, namun paling sering pada usia diatas 30 tahun. Gejala
yang dapat dirasakan adalah mudah merasa nyeri, otot-otot kaku, rasa lelah,
gangguan pencernaan, sakit kepala dan konsentrasi menururn.
4)
Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis
merupakan kelainan dimana otot melepaskan pigmen mioglobin kedalam darah
sehingga harus dibersihkan oleh ginjal. Namun hal tersebut memperberat kerja
yang dapat merusak ginjal. Akibatnya gejala yang dialami berupa rasa lelah,
nyeri otot, dan menyebabkan perubahan warna urin. Kelainan ini dapat menyerang
segala usia. Prinsip utama dari penanganan kelainan ini adalah mengembalikan
fungsi ginjal dengan terapi cairan atau bahkan dengan cuci darah (hemodialisis).
5)
Sindroma
Prune-Belly
Sindroma
Prune-Belly merupakan kelainan otot yang bersifat genetik. Paling sering menyerang
bayi laki-laki. Penyebab paling sering adalah karena faktor keturunan, infeksi
intrauterin, preeklampsia, dan hamil muda. Gejala yang terjadi berupa terdapat
lekukan atau kerutan, disertai testis yang belum turun ke skrotum.
d)
Akibat
kebiasaan
1)
Atrofi
Atrofi
merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil dan kehilangan kemampuan
untuk bergerak dengan cara berkontraksi. Pengecilan otot dapat terjadi hingga
25% dari ukuran semula. Atrofi dapat disebabkan oleh penyakit poliomielitis
yang merusak saraf motorik otot tersebut atau keadaan yang mengaharuskan
penderita untuk tidak menggerakan otot tertentu dalam waktu yang lama.
2)
Hipertrofi
Hipertrofi
merupakan kebalikan dari atrofi. Otot yang mengalami kelainan ini akan menjadi
besar dan lebih kuat. Hipertrofi disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan
karena bekerja atau olahraga, asupan nutrisi, dan faktor usia. Bagi kebanyakan
orang hal ini lumrah saja. Para binaragawan, atlet, atau kuli bangunan biasanya
memiliki tubuh dengan kelainan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar